Legenda Sotok, Saat Kereta Kencana Rato Terperosok (2)

Masjid Sotok. (Foto/Istimewa)


Ngoser.ID - Kendaraan jemputan bernama Kijang Innova itu melaju membawa Ngoser.ID ke kampung Rabah, Desa Sumedangan, Kecamatan Pademawu. Dari Masjid Sotok yang sebelumnya disinggahi, ke lokasi maqbarohnya Kiai Agung Raba itu sekira memakan waktu lebih kurang 10 menit. Melewati tujuh kali belokan jalan.

Di Rabah, kendaraan diparkir di depan masjid juga. Masjid Rabah. Ukurannya lebih luas dari Masjid Sotok. Antara keduanya terdapat benang merah sejarah. Terkuak oleh para pemakai Jas Merah (Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah).

Sesampainya di sana, setelah menyeruput Kopi “Syahrini” Rabah, dan menghisap rokok kretek, imajinasi kisah Sotok berlanjut.

Kedatangan Raja Pamekasan dan pengiringnya waktu itu ke Pademawu, terkait pada peristiwa kemarau panjang di Bumi Gerbang Salam. Tujuh tahun lamanya Pamekasan tak mendapat curahan air langit. Kering kerontang, perekonomian rakyat di bidang pertanian macet. Pengaruhnya tentu tak sedikit menyentuh sendi-sendi lainnya dari kehidupan rakyat.

Isyarat langit yang didapat Raja kala itu, membuat Panembahan Ronggosukowati, Sang Raja Agung bergegas menuju pertapaan Sang Wali yang selanjutnya dikenal dengan Kiai Agung Rabah. Nama aslinya Kiai Abdurrahman. Berasal dari Sendir. Berguru ke Kota Bahari, dan beruzlah di kawasan Rabah bersama keponakan sekaligus anak angkatnya, Kiai Abdullah alias Entol Bungso.

Sejatinya, kedatangan Raja Pamekasan ke tempat pertapaan Kiai Agung Raba itu adalah kedatangan kedua kalinya. Setelah kedatangan pertama berbuah turunnya rahmat. Kedatangan kedua ini terkait musibah banjir yang melanda Bumi Gerbang Salam.

Saat itulah kereta Raja yang mau menuju pertapaan Kiai Agung Raba harus terperosok di kubangan lumpur. Daerah rawa itu tak luput dari banjir yang konon disebabkan turunnya hujan selama empat puluh hari empat puluh malam tanpa henti.

Setelah menemukan gundukan tanah yang agak tinggi, Raja lantas menggelar shalat berjamaah bersama pengiringnya di lokasi tak jauh dari kereta kencana yang terperosok dan tak bisa melanjutkan perjalanan.

Seusai shalat, Raja lantas memerintahkan agar kereta yang terperosok cukup dalam itu agar esotok (didorong). Setelah berkali-kali dengan sekuat tenaga, akhirnya kereta pun lolos dari kubangan lumpur. Raja yang bersuka-cita lantas menadahkan tangan ke langit dan bersyukur. Selepas itu rombongan kembali bertolak ke alas Rabah tempat pertapaan Kiai Agung Rabah.

Tak lupa, sebelum bertolak ke alas Rabah, Raja bersabda: “untuk mengingat peristiwa ini, mulai saat ini, tempat ini aku berinama Sotok”.

Rombongan pun menuju alas Rabah untuk menemui sang Wali.

Singkat cerita, banjir di Pamekasan lantas surut. Hujan pun turun sesuai musim. Bumi Gerbang Salam kembali makmur. Kawasan sekitar alas Rabah dan daerah Sotok mulai ramai dihuni masyarakat yang ingin menimba ilmu pada Kiai Agung Rabah. Daerah itu pun lantas dihadiahkan Raja pada Sang Wali.

Di lokasi Raja shalat saat kereta kencana terperosok, di kemudian hari dibangun sebuah masjid. Masjid ini lantas dikenal dengan masjid Sotok. Mengikuti nama lokasi berdirinya. (habis)

SP/Ng

Posting Komentar

0 Komentar