Pertempuran Pertama Bangsa Belanda di Nusantara: Sebuah Rekonstruksi Sejarah

Ilustrasi pertempuran di Arosbaya (Mishandeling Te Arosabaia). (Sumber: Istimewa)

Ngoser.ID - Suatu ketika, pada tanggal 6 Desember, tahun 1596 Masehi. Hari yang selalu diingat oleh bangsa Belanda sebagai momen yang sangat traumatik dan menakutkan. Bagaimana tidak, di hari itu terjadi sebuah peristiwa dahsyat yang menumpahkan darah orang-orang negeri Kincir Angin itu. Suatu pertempuran pertama sekaligus kekalahan pertama bangsa yang kelak menjajah Nusantara itu. Kekalahan yang cukup mengerikan, dan harus dibayar sangat mahal. Kejadian traumatik itu terjadi di Kerajaan Arosbaya, pulau Madura.

Seperti yang kita ketahui, Cornelis de Houtman bersama 4 kapal telah menjadi sejarah bagi bangsa Belanda, yakni armada pertama mereka yang siap berkelana di lautan luas demi mencari jalur rempah di Nusantara. Banten adalah lokasi pertama mereka untuk singgah, namun karena sikap de Houtman yang begitu angkuh, mereka diusir dari Banten. Lalu mereka bertolak ke Jawa bagian timur, dan berlabuhlah di Gresik. Rupanya, nasib sial juga menimpa mereka di kota Gresik, seketika kapal mereka didatangi oleh sekelompok perompak, sehingga mereka segera melanjutkan perjalanan.

Saat bertolak dari Gresik, Cornelis de Houtman melihat ke seberang lautan, dan ternyata terdapat sebuah kota pelabuhan yang cukup ramai dan besar untuk masa itu. Kota tersebut ialah Kota Anyar Arosbaya, yang terletak di pulau Madura bagian barat. Naluri akhirnya mengantarkan mereka untuk berlabuh di Arosbaya. Semuanya masih berjalan dengan begitu lancar di sisi mereka, sampai suatu ketika muncul kesalahan yang tidak dapat mereka duga-duga dampaknya di waktu kemudian.

De Houtman berupaya mengundang utusan dari Kerajaan Arosbaya untuk berunding di salah satu kapal mereka. Undangan tersebut diterima baik oleh sang penguasa Arosbaya, yakni Pangeran Tengah (bertahta: 1592 - 1621), dan beliau segera mengirimkan dua orang utusan, yakni Pangeran Rangga, dan Pangeran Musyarrif, tentunya dengan para pengawal. Ternyata upaya diplomasi ini cukup rumit, karena saling tidak memahami bahasa satu dengan lainnya, maka terjadi kesalahpahaman yang sangat fatal.

Rombongan Pangeran Rangga dan Pangeran Musyarrif salah naik kapal, dan pihak Belanda mengira bahwa rombongan bangsawan Madura ini ialah kelompok perompak. Awak de Houtman pun segera bertindak, sayangnya tanpa konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak Madura. Pihak Belanda berdalih, bahwa mereka trauma dengan kejadian perompakan yang mereka alami di Gresik, sehingga di pantai Arosbaya pun akhirnya awak-awak kapal de Houtman langsung menyerang rombongan Pangeran Rangga dan Pangeran Musyarrif.

Kesalahpahaman tersebut berakibat sangat fatal. Serangan tiba-tiba kepada pihak Madura ini, mengundang amarah dari seluruh rakyat Arosbaya, sehingga berkobarlah pertempuran yang begitu mengerikan. Di pihak Arosbaya, serangan para awak kapal Belanda berhasil membakar masijd di kota Arosbaya, dan dua utusan tersebut gugur sebagai syahid. Di sisi Belanda, serangan pasukan Arosbaya berhasil membunuh banyak awak kapal, dan dua dari empat kapal mereka berhasil direbut oleh Arosbaya. Pada akhirnya, 2 kapal tersebut dibebaskan oleh pihak Arosbaya, tentunya de Houtman harus membayar tebusan yang cukup mahal.

Peristiwa mengerikan ini, diabadikan di berbagai tulisan-tulisan Belanda. Tulisan pertama bangsa Belanda yang mengabadikannya ialah buku berjudul Het Tweede Boeck, karya Jacob van Neck, tahun 1601. Buku ini merupakan laporan perjalanan dari armada pertama dan kedua Belanda ke Nusantara, dan seperti yang kita ketahui bahwa Jacob van Neck adalah pemimpin armada kedua Belanda ke Nusantara, di dalam armadanya juga turut Cornelis de Houtman.

Pada buku ini, digambarkan sisi pertahanan kota Arosbaya, dan pola serangan bangsa Belanda dengan begitu detail, antara lain:

A. Arosbaya

- Muara sebagai pertahanan alam

- Benteng di sekeliling pantai

- Menara pemantau di setiap sudut benteng

- Kanal di beberapa sisi, di tepi luar tembok benteng

- Pelabuhan sebagai pendukung armada

- Kapal-kapal Madura, tipe Lancaran (satu dari jenis kapal tempur yang dipakai di Madura)

- Barikade di kedua tepi muara

- Gerbang laut sebagai kontrol keluar masuknya kapal

- Pasukan Madura berbaris rapi dan siap menyerang, di sepanjang bibir pantai kedua sisi muara

B. Belanda

- Empat kapal Belanda, tipe Dutch East Indiaman dan Fluyt

- Awak kapal Belanda yang tentunya bersenjata lengkap

- Sekoci-sekoci yang dipakai awak-awak kapal Belanda untuk menyusuri garis muara, karena kapal mereka terlalu besar untuk melewati celah yang sudah ditutup oleh gerbang laut

C. Lain-lain

- Kemudian juga terlihat bahwa terdapat kobaran api di sebuah bangunan di luar benteng. Apakah bangunan tersebut ialah masjid yang terbakar?

- Lalu terlihat jelas bahwa pasukan Belanda menderita kekalahan besar, banyak dari mereka yang tewas, baik di perahu, maupun di tepi pantai.

Di akhir tulisan, pertempuran ini pun kami coba rekonstruksi sejarahnya melalui game scenario dari Age of Empires III - Struggle of Indonesia (dan seluruh audio bersumber dari game luar biasa ini). Berikut link yuotubenya, https://youtu.be/zQfAFRaZKUo.

M Rizki Taufan/Ng

Posting Komentar

0 Komentar