Raja-raja Madura dan Gelar Anumerta (Bagian 3 – Trah Adikara)

 

Peta udara Pamekasan di tahun 1946. (KITLV)

Ngoser.ID – Masih seputar kisah penyematan gelar anumerta raja-raja di kawasan pulau garam. Kali ini Ngoser.ID mencoba mengulas pemegang kuasa atas negeri Gerbang Salam atau Pamekasan di masanya. Mari kita simak.

Seding Ampel

Sebutan Seding Ampel ini disematkan pada penguasa Pamekasan yang bergelar Raden Tumenggung Adikoro II (1708-1737).

Nama kecilnya Raden Mas Asral. Ia merupakan anak Pangeran Gatutkoco alias Adikoro I dengan salah satu selirnya.

Namun karena posisinya sebagai putra selir, mendapat tentangan dari Pangeran Jimat (Cokronegoro III), memerintah Sumenep pada 1721-1744, putra Pangeran Rama sekaligus keponakannya.

Pangeran Rama merupakan anak sulung Adikoro I yang lahir dari putri Raja Sumenep, Tumenggung Yudonegoro (Macan Ulung, memerintah 1648-1672).

Adikoro II kalah dalam perang tanding dengan Pangeran Jimat dan meletakkan jabatannya. Oleh Pangeran Jimat ditunjuklah keponakannya, yang lantas bergelar Raden Tumenggung Adikoro III (memerintah 1737-1743).

Setelah kalah, Adikoro II meninggalkan kota Pamekasan sekaligus pulau Madura. Beliau menuju Ampel, dan mengaji di sana. Di Ampel beliau menjauhkan diri dari kehidupan duniawi, hingga akhir hayatnya. Adikoro Seding Ampel wafat dan dimakamkan di Ampel. Catatan sejarah tidak menerangkan di mana letak makam beliau.

Seding Sendang

Adikoro III, pengganti Adikoro II adalah anak Pangeran Wiromenggolo, adipati Sumenep pada 1709-1721. Ibu Adikoro III adalah saudari Pangeran Jimat Sumenep (1721-1744), alias putri dari Pangeran Rama (1678-1709).

Jadi Adikoro III masih cicit Adikoro I dari garis ibunya. Saat menduduki tahta Pamekasan, tidak banyak diceritakan kiprah dari tokoh yang bernama kecil Raden Sujana Baskara ini.

Adikoro III wafat dalam sebuah perjalanan di daerah Sendang. Saat ini Sendang masuk wilayah kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep.

Seda Bulangan

Penguasa yang satu ini begitu dikenal di wilayah Pamekasan. Nama kecilnya Raden Ismail. Beliau merupakan putra Adikoro Seding Ampel.

Jadi setelah Adikoro Seding Sendang mangkat, tahta kembali ke tangan anak Adikoro II.

Kisah Adikoro IV ini tidak bisa dilepaskan dari sosok bernama Ke’ Lesap. Seorang pemuda sakti mandraguna dari Madura Barat yang berpetualang untuk menguasai Madura. Konon, Lesap merupakan seorang pangeran dari Madura Barat. Namun karena lahir dari isteri yang tidak resmi, ia tak mendapat pengakuan ayahnya.

Sebenarnya tujuan Ke’ Lesap ini menjadi raja untuk mengusir VOC. Namun gerakan-gerakannya yang agak mengacaukan stabilitas umum, membuat namanya lebih kental sebagai pemberontak.

Di sela cita-cita awalnya, Ke’ Lesap diceritakan menjadi arogan dan mulai melupakan ajaran-ajaran luhur yang dianutnya. Termasuk kala menantang Adikoro IV.

Pertempuran pasukan Adikoro IV dengan pasukan Ke’ Lesap pecah pada 1750 di tempat bernama Bulangan. Adikoro IV yang dibantu kerabatnya, sekaligus penghulu Bagandan (Raden Wongsodirejo), sempat membuat Ke’ Lesap terdesak. Akhirnya dengan muslihat Adikoro IV dan Wongsodirejo berhasil dihabisi. Keduanya gugur di Bulangan.

Untuk mengenang peristiwa itu, Adikoro IV dikenal dengan sebutan Tumenggung Seda Bulangan. Jenazah beliau dimakamkan di Kolpajung, di kompleks situs Adikoro.

Ng

Posting Komentar

0 Komentar