Silsilah “Ratu Ibu” Sumenep, dan Sekilas Kisah Hidupnya

Cungkup "Ratu Ibu" Sumenep di Asta Tinggi. (Ngoser.ID)


Ngoser.ID - Sebutan Ratu Ibu Sumenep memang berbeda maknanya dengan sebutan dua Ratu Ibu di Madura Barat. Seperti diulas dalam tulisan sebelumnya (klik di sini), sebutan tersebut merupakan panggilan kehormatan para peziarah di makam yang bercungkup unik itu.

Nah, siapa sebenarnya Ratu Ibu Sumenep yang merupakan isteri dari Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, penguasa terbesar dalam sepanjang sejarah perjalanan kota ujung Timur pulau garam ini? Ngoser.ID mencoba mengulasnya berdasarkan rajutan riwayat tercecer turun-temurun.

Lebih Dulu Mangkat

Jika ditarik ke belakang, yakni masa-masa awal “penemuan” sosok surga bagi Pangeran Le’nan ini, hampir seluruh keluarga keraton Sumenep terkejut. Pasalnya, tidak ada yang mengaku mengetahui, maupun menerima riwayat mengenai keberadaan makam ibu dari Pangeran yang namanya harum di negeri Aceh itu.

Salah satu sesepuh keluarga keturunan Pangeran Le’nan, bahkan sempat mempertanyakan sumber yang menyatakan bahwa makam di dalam cungkup unik itu, adalah makam ibu Pangeran Le’nan. Namun karena bukti prasastinya ada, maka hal itu tidak lagi meragukan.

Beberapa sesepuh memang sempat mempertanyakan hal itu karena memang di kalangan keluarga besar, khususnya di kalangan keturunan Pangeran Le’nan tidak populer. Namun mereka tidak menafikan jika info itu memang disembunyikan karena alasan tertentu. Malah menganggap sebagai kewajiban bersama untuk merawat situs bersejarah tersebut. Bukan hanya dari keluarga keraton tentunya, tapi siapapun yang peduli pada sejarah.

Dalam pantauan Ngoser.ID, makam Ibunda Pangeran Le’nan ini ditemukan pada 2016 silam.

Penemuan tersebut melibatkan Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser). Dan selanjutnya diadakan beberapa kali bakti situs pada 2018, hingga saat ini. Bakti situs juga dimotori oleh kalangan generasi Pangeran Le’nan di Kepanjin Sumenep.

Cungkup tampak dari depan. (Ngoser.ID)


Di batu nisan bertuliskan huruf arab itu hanya ditemukan keterangan bahwa ahli kubur merupakan Ummi Pangeran Letnan Kolonel. Ada tarikh wafat dengan angka 1231 Hijriah.

Jika mengacu pada catatan sejarah tahun wafat Ibunda Pangeran Le’nan tersebut hampir bersamaan dengan wafatnya Panembahan Natakusuma I alias Panembahan Sumolo, ayahanda Sultan Abdurrahman Pakunataningrat.

“Asumsi kami, beliau wafat sebelum Sultan Abdurrahman naik tahta. Atau bisa jadi di awal Sultan naik tahta,” kata Ja’far Shadiq, salah satu personel Komunitas Ngoser, sekaligus keturunan Pangeran Le’nan.

Berpintukan akar pohon Kesambi. (Ngoser.ID)


Diperkirakan juga saat itu Pangeran Le’nan yang bernama kecil Raden Ario Hamzah masih di bawah umur. “Asumsinya juga begitu,” imbuh Ja’far.

Mengenai lokasi makam sang Ummi atau “Ratu Ibu” yang tersembunyi, dan berada di luar kompleks utama Asta Tinggi memang menjadi teka-teki.

Namun alasan yang bisa diterima karena bisa jadi sang Ummi tersebut bukan dari kalangan bangsawan utama. Penempatan makam di zaman dulu memang sangat tertib. Dan berlaku aturan kelas (kluster). Yaitu pengumpulan satu keluarga dari tingkatan kebangsawanan, atau posisi di tata pemerintahan kala itu.

Makam Ratu Ibu atau Ummi Pangeran Le’nan (tengah). (Ngoser.ID)


Asumsi lain bisa jadi ada wasiat dari tokoh. Di dalam kisah-kisah kuna, memang banyak tokoh yang sebelum meninggal dunia berwasiat agar dimakamkan di suatu tempat.

Asumsi kedua ini kemungkinan bisa lebih masuk akal, mengingat ornamen di cungkup Ibunda Pangeran Le’nan begitu istimewa. “Jadi berdasar ornamen di cungkup dan makamnya, ibunda Pangeran Le’nan ini juga merupakan bangsawan utama,” kata Hairil Anwar, anggota Komunitas Ngoser lainnya.

Keponakan Panembahan Sumolo?

Dalam perkembangan hingga saat ini, informasi yang muncul menyatakan bahwa Ummi Pangeran Le’nan adalah salah satu putri Raden Ardikusuma.

Ardikusuma merupakan salah satu tokoh keraton yang namanya memang tidak begitu dikenal dalam sejarah. Babad Sumenep hanya menyebut beliau sebagai putra Nyai Izzah dengan Kiai Samporna.

Nyai Izzah adalah mantan isteri Bindara Saot. Setelah Bindara Saot menikah lagi dengan Ratu Tirtonegoro, Nyai Izzah tidak bersedia ikut ke keraton. Sehingga Bindara Saot pun mencerainya.

Setelah itu, Nyai Izzah menikah dengan Kiai Samporna, dan melahirkan beberapa putra yaitu Raden Ardikusuma, Kiai Cakrayuda, Raden Jayakusuma, dan Raden Surakusuma.

“Dalam riwayat keturunan Raden Ardikusuma, ibunda Pangeran Le’nan salah satu putri Ardikusuma,” kata Iik Guno Sasmito, salah satu pemerhati sejarah sekaligus anggota Komunitas Ngoser.

“Dulu data dan informasinya pernah disimpan oleh salah satu keturunan Ardikusuma,” kata Iik.

Jika demikian, hubungan kekerabatan Ummi Pangeran Le’nan dengan Sultan Abdurrahman masih cukup dekat. Karena ayahanda Sultan adalah putra Nyai Izzah dengan Bindara Saot. Sehingga “Ratu Ibu Sumenep” itu masih keponakan Panembahan Sumolo

“Jadi jika benar data itu, maka Ummi Pangeran Le’nan dengan Sultan masih bersaudara sepupu. Karena Raden Ardikusuma dan Panembahan Sumolo adalah saudara seibu,” kata Ja’far Shadiq, narasumber di atas.

Ng

Posting Komentar

0 Komentar