Gelar Ziarah: Jejak Guru Pemimpin Perang Jawa di Asta Tinggi

 

Potret lawas salah satu sudut di Asta Tinggi pada suatu masa. (Sumber: Istimewa)

Ngoser.ID – Pemimpin Perang Jawa, Abdul Hamid Ontowiryo atau Raden Mas Ontowiryo alias Pangeran Diponegoro memiliki kisah tersendiri di kawasan Madura Timur.

Kendati sejarah nasional menyebut makam sang pangeran berada di Ujung Pandang, tidak menggoyahkan keyakinan warga Sumenep bahwa makam sebenarnya berada di ujung timur nusa garam.

Makam Pangeran Diponegoro di Sumenep terletak di kawasan Asta Tinggi. Namun tidak seperti makam lainnya, makam putra tertua Sultan Hamengku Buwana III ini memang tersembunyi.


Baca Juga: Menelusuri Jejak LeluhurDiponegoro di Madura, dan Keturunannya di Pulau Garam

Baca JugaDiponegoro dan Terkuaknya Kisah VersiSumenep: Ternyata Sang Pangeran Tak Pernah Bisa Ditangkap Belanda


Menurut tradisi, Sumenep memiliki riwayat panjang mengenai asal mula keberadaan makam sang pangeran. Meliputi alasan, dan cerita tentang proses panjang penelusuran lokasi.

Ngoser.ID dalam beberapa edisi telah mengupasnya.

Kali ini, masih terkait dengan Diponegoro, sumber tradisi setempat juga menceritakan sosok penting di balik tokoh Perang Jawa 1825-1830 itu.

Sosok penting itu bernama Syaikh Syarif Anshor. Makamnya tak jauh dari makam Diponegoro di Sumenep.

“Nama Syarif Anshor tercatat dalam catatan kuna keraton Sumenep,” kata RB Ja’far Shadiq, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep.

Makam Sayyid Anshor (kanan) di bukit Asta Tinggi Sumenep. (Foto/Ngoser.id)

Sayangnya tidak ada cerita utuh tentang Syarif Anshor. Catatan kuna itu menyebut sang Syaikh ini adalah guru dari Diponegoro sekaligus Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, Sultan Sumenep 1811-1854.

“Kalau dilihat dari namanya, kemungkinan beliau dari kalangan Asyraf (kata jamak dari Syarif, yaitu gelar bagi keturunan Rasulullah SAW; red),” kata Ja’far.


Baca juga: Jejak Khalwat di Balik NamaKasengan

Baca juga: Misteri Sang Pejuang yangTerbuang Sayang


Makam Syarif Anshor sudah tidak terawat dan sudah tidak utuh dimakan usia.

Dilihat dari model kijingnya, menandakan sosok ini bukan orang sembarangan. Ciri khas Jawanya juga begitu kental.

“Kijingnya begitu istimewa. Menandakan sosok yang dimakamkan juga istimewa dan sangat dihormati penguasa Sumenep kala itu,” jelas Ja’far.

“Dugaan sementara beliau juga ikut diasingkan atau dibawa bersama Pangeran Diponegoro ke Sumenep,” imbuh salah satu personel Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser) ini.

Ng

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Sajian informasi dari "Tim Ngoser" sangat bagus, jika bisa tolong informasikan juga tentang Asta Kyai Imam Ghazali, Ki Jaing Patih, Syekh Alwi dll... Lokasinya di Kebarat asta pangeran letnan masuk keselatan jalan setapak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap, kakak. In sya Allah akan kita coba telusuri. Terima kasih atas informasinya.

      Hapus
  2. Ralat : bukan Ki Jaing Patih tapi Ki Mujaing

    BalasHapus